Nissan

https://www.nissan.co.id/ucl-jagonulis.html

Minggu, 11 Maret 2018

"Bakso Beranak" KBRI Malaysia

INDONESIA EMBASSY


"Bakso Beranak" KBRI Malaysia

Salah satu jalan yang sangat terkenal di Kuala lumpur adalah jalan Tun Abdul Razak dan disanalah kantor KBRI Malaysia berada. Tentunya kita patut berbangga sebagai orang Indonesia karena bisa mendapatkan akses ke KBRI yang begitu mudah karena berada di pusat kota Kuala Lumpur dan dapat dengan mudah dicapai hanya dengan menggunakan publik transportasi.

Belum lagi apabila kita masuk ke dalam KBRI, maka kita akan menemui kesibukannya para staf KBRI yang melayani warga negara Indonesia yang tinggal di Malaysia, bekerja di Malaysia dan juga mahasiswi Indonesia yang belajar di Malaysia.

KBRI Malaysia termasuk KBRI yang paling sibuk dalam hal pelayanan terhadap masyarakat, bukan apa-apa karena memang begitu banyaknya warga negara Indonesia yang tinggal di Malaysia. Bayangkan saja menurut data dari Kemhukham ada sekitar 2,7 juta TKI (Pekerja Migran Indonesia) yang bekerja di Malaysia. Belum lagi ditambah dengan mahasiswa Indonesia yang belajar di Malaysia yang jumlahnya hingga mencapai kurang lebih 8000, belum lagi ditambah para profesional yang juga banyak bekerja di Malaysia.

Hal tersebut menjadikan KBRI Malaysia selalu penuh dengan warga negara Indonesia yang datang untuk mengurus segala hal terkait pasport dan imigrasi yang dibutuhkan sebagai penunjang administrasi yang diwajibkan saat berada di Malaysia.

Namun di balik kesibukan kantor KBRI Malaysia, ternyata tepat di samping kanan kantor KBRI ada banyak gerai atau warung yang menjual segala hal kebutuhan tamu KBRI, yang ternyata aktifitasnya jauh lebih sibuk dibandingkan dengan kantor KBRI Malaysia.

Ya, tepat disebelah KBRI Malaysia ada area yang luas yang diisi oleh berbagai macam warung atau gerai yang menjual segala macam kebutuhan, khususnya untuk tamu yang berkunjung ke KBRI Malaysia. Warung tersebut menjual berbagai hal, mulai dari warung makanan, kelontongan, penjual pulsa, foto copy, hingga penjual bakso khas Indonesia, dan yang luar biasa adalah hampir semuanya adalah penjual yang berasal dari Indonesia. Begitupun dengan kami para pembeli pastinya mayoritas juga berasal dari Indonesia.

Jadi jangan kaget apabila mengunjungi warung tersebut, maka diantara para pedagang ada yang sangat kental dengan logat asli daerah Indonesia seperti Jawa,  ataupun Madura.

Salah satu makanan favorit yang dijual di warung tersebut adalah "baso beranak". Ada banyak pertanyaan yang terkuak saat kami menyantap hidangan "baso beranak" ini oleh karena rasanya yang enak dan khas baso Indonesia. Mungkinkah baso ini juga di impor dari Indonesia karena rasanya sangat khas Indonesia dan pastinya lezat untuk disantap.

Apalagi apabila kita menyantap saat lapar tiba, subhanallah sangat nikmat luar biasa dan hingga menyebabkan bercucuran keringat karena bercampurnya hawa panas Kuala Lumpur dan rasa pedas "baso beranak".

Namun, pastinya rasa pedas tersebut akan sirna dengan segelas "teh tarik ice" khas Malaysia yang sejuk dan menentramkan hati sehingga kerongkongan yang tadinya pedas berubah menjadi segar.

Warung sebelah KBRI Malaysia ini termasuk  warung yang cukup ramai dikunjungi sejak pagi hingga sore karena banyak warga Indonesia yang datang ke KBRI Malaysia. Tiap hari tidak kurang dari 500 orang warga Indonesia datang ke KBRI untuk mengurus segala terkait administrasi imigrasi selama tinggal di Malaysia.

Tentunya kehadiran warung dan berbagai macam gerai yang berada tepat disebelah kanan kantor KBRI Malaysia sangat menguntungkan kita sebagai warga negara Indonesia yang akan datang ke KBRI Malaysia oleh karena disaat kita lapar dan membutuhkan asupan makanan maka tersedia tempat yang cukup dekat.

So, bagi anda warga Indonesia yang sedang berkunjung ke Kuala Lumpur tidak ada salahnya sembari photo photo di KBRI Malaysia juga menyempatkan diri untuk merasakan nikmatnya "baso beranak" khas KBRI Malaysia.

#exploreMalaysia and #happyJourney 


English Subtitle :

"Bakso Beranak" Indonesian Embassy in Malaysia
One of the most famous streets in Kuala Lumpur is the road of Tun Abdul Razak and there the Indonesian Embassy office is located. Surely we should be proud as an Indonesian because we can get access to the Embassy so easily because it is located in downtown Kuala Lumpur and can be easily reached only by using public transportation.

Not to mention if we enter into the Embassy, ​​then we will meet the busyness of the Embassy staff who serve Indonesian citizens living in Malaysia, working in Malaysia and also Indonesian students studying in Malaysia.

The Indonesian Embassy in Malaysia is one of the busiest Embassy in terms of service to the community, it is nothing because there are so many Indonesian citizens living in Malaysia. Just imagine according to data from Indonesia Ministry of Law there are about 2,7 millions TKI (Indonesian Migrant Workers) who work in Malaysia. Not to mention the addition of Indonesian students studying in Malaysia which amounted to approximately 8000, not to mention plus professionals who also work in Malaysia.

This makes the Embassy of Indonesia always full of Indonesian citizens who come to take care of all matters relating to the passport and immigration required as the administrative support required when in Malaysia.

But behind the busy office of the Indonesian Embassy in Malaysia, it turns out right beside the right of the Embassy's office there are many outlets or stalls selling all the needs of the Embassy's guests, which turned out to be much busier activity compared to the office of the Indonesian Embassy in Malaysia.

Yes, right next to the Indonesian Embassy in Malaysia there is a large area filled by various stalls or stores that sell all kinds of needs, especially for guests visiting the Indonesian Embassy in Malaysia. The shop sells a variety of things, ranging from food stalls, kelontongan, seller pulse, photocopy, until the seller typical Indonesian meatballs, and the remarkable is almost all of them are sellers who come from Indonesia. Likewise with us the buyers, of course, the majority also come from Indonesia.

So do not be surprised when visiting the stall, then among traders, there is a very thick with a natural accent area of ​​Indonesia such as Java, or Madura.

One of the favourite foods sold in the stall is "baso beranak" (meatball combine). There are many questions that unfold as we eat this "baso beranak" dish because it tastes good and typical "baso" Indonesia. Could this "baso" also be imported from Indonesia because it feels very typical of Indonesia and certainly delicious to eat?

Especially when we eat when hungry arrived, Subhanallah very delicious extraordinary and to cause sweating due to mixing heat Kuala Lumpur and spicy "baso beranak".

However, of course, the spicy flavour will vanish with a glass of "ice tea" typical of Malaysia is cool and reassure the heart so that the spicy throat turned fresh.
 
"Warung" next to the Indonesian Embassy in Malaysia includes a fairly busy stall visited since morning until afternoon because many Indonesian citizens who come to the Embassy of Malaysia. Every day no less than 500 Indonesian citizens come to the Embassy to take care of all immigration-related administration during their stay in Malaysia.

Of course, the presence of stalls and various stores located right next to the office of the Embassy of Malaysia is very beneficial to us as citizens of Indonesia who will come to the Indonesian Embassy in Malaysia because when we are hungry and need food intake then the place is quite close.

So, for you citizens of Indonesia who are visiting Kuala Lumpur no harm while photo at the Embassy of Malaysia also took the time to feel the pleasure of "baso beranak" typical of the Embassy of Malaysia.
 
#exploreMalaysia and #happyJourney

Rabu, 07 Maret 2018

MAHASISWA SEBAGAI “AGENT OF CHANGE”


Terlampir opini tentang mahasiswa sebagai Agent of Change yang saya sampaikan pada saat rapat kerja PPI Malaysia Tahun 2017-2018 di Kuala Lumpur. Opini ini juga dimuat dalam website PPI Malaysia >> http://ppi-malaysia.org/berita-acara/view/maha-siswa-sebagai-agent-of-change--6/

MAHASISWA SEBAGAI “AGENT OF CHANGE”[1]
Menerima Serifikat dari Ketua PPI Malaysia
Oleh
Hani Adhani, SH., MH.[2]

Sejarah Indonesia sejak pra-kemerdekaan hingga saat ini di era reformasi, tidak akan terlepas dari perjuangan para pemuda dan juga mahasiswa. Kita mugkin sudah sering membaca dalam buku sejarah bagaimana para pemuda dan juga mahasiswa berjuang membela rakyat. Perjuangan pemuda dan mahasiswa yang secara konsisten dan terus menerus berjuang membela rakyat, seolah-olah menjadi bagian wajib yang harus selalu ada dalam upaya untuk terus menggalang kekuatan bersama rakyat dan berjalan beriringan mengawal tegaknya keadilan bagi rakyat Indonesia.

Yang paling dekat dan mudah diingat adalah bagaimana perjuangan mahasiswa sebagai “agent of change” dalam menegakan keadilan bersama rakyat yaitu pada saat peristiwa Reformasi Tahun 1998. Pada saat itu kekuatan mahasiswa begitu “dahsyat” sehingga dapat menumbangkan rezim otoriter yang telah berkuasa selama 32 tahun dan menghasilkan era reformasi yang saat ini kita nikmati bersama. Kini setelah masuk era reformasi, maka perjuangan mahasiswa pastinya akan terus berlanjut dan tongkat kepemimpinan pergerakan mahasiswa akan selalu berlanjut pula dari satu mahasiswa ke mahasiswa yang lain. Mahasiswa sebagai agen perubahan akan selalu dinantikan oleh rakyat Indonesia untuk selalu membantu dan menjadi garda terdepan dalam hal membela dan menegakan keadilan bagi rakyat Indonesia.

Mahasiswa sebagai “mahluk yang paling diuntungkan” tentu akan terus melakukan transformasi mengikuti trend perkembangan zaman. Tentu kita tidak bisa menyamakan pola perjuangan teman-teman mahasiswa di era pergerakan kemerdekaan, era orde lama, era orde baru, era reformasi dan sekarang di era digitalisasi. Style mahasiswa di awal era reformasi (1997/1998) tentu tidak bisa disamakan dengan style mahasiswa saat ini di zaman now, namun yang masih tetap bisa kita samakan adalah harapan bahwa mahasiswa akan selalu akan mempunyai visi dan misi yang sama dan akan selalu abadi yaitu sebagai agen perubahan dalam upaya untuk menegakan keadilan dan akan selalu siap untuk membantu masyarakat, bangsa dan negara.

Mahasiswa S1 yang rata-rata berusia antara 19 s.d. 23 tahun menjadi palang pintu terakhir dalam upaya membangun karakter bangsa ke depan, karena merekalah yang akan meneruskan estafet kepemimpinan bangsa Indonesia. Kita bisa melihat para pemimpin sekarang rata-rata usia mereka antara 40 s.d. 45 tahun dan kalo kita coba menghitung mundur ke belakang, maka mereka pada saat menjadi mahasiswa adalah pada saat tahun 1993 s.d. tahun 1998. Mereka adalah “generasi emas reformasi” yang pada saat mereka menjadi mahasiswa pergerakan mahasiswa berada di titik paling tinggi atau puncak sehingga pada saat itu mereka bersama-sama bergerak untuk menumbangkan orde baru dan memunculkan era reformasi.

Organisasi Mahasiswa
Organisasi mahasiswa termasuk organisasi yang sangat unik dan penuh dengan tantangan. Organisasi mahasiswa tidak bisa disamakan dengan organisasi siswa intra sekolah (OSIS) pada saat kita sekolah di SMA ataupun SMP. Organisasi mahasiswa adalah organisasi yang mandiri dan syarat dengan tantangan. Pada saat kita masuk kampus, maka kita akan dipertemukan dengan berbagai organisasi mahasiswa yang sangat beragam, mulai dari organisasi yang hanya sekedar menyalurkan hobi sampai dengan organisasi kader yang katanya menjadi bagian dari underground nya partai politik tertentu.