Perayaan Hari Ulang Tahun PKPMI ke 50 . |
Tulisan ini dibuat pasca saya di undang untuk menjadi moderator dalam sebuah acara seminar yang diadakan oleh Persatuan Kebangsaan Pelajar Malaysia di Indonesia (PKPMI) di Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta.
Tulisan ini dimuat di Kumparan pada tanggal 3 Desember 2018.
Berikut link Kumparan >> https://kumparan.com/hani-adhani/membumikan-hubungan-indonesia-dan-malaysia-1543816980232678680
Membumikan
Hubungan Indonesia dan Malaysia
Oleh
Hani
Adhani *)
Dalam sejarah pembentukan negara
Indonesia dan juga Malaysia ada satu hal yang sejak awal selalu kita ingat dan
selalu kita dengungkan yaitu bahwa kita adalah bagian dari wilayah yang bernama
“Nusantara”. Nusantara adalah nama yang digunakan pada masa lampau bagi kepulauan
Indonesia di zaman kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Wilayah Nusantara mencakup
negara Indonesia, Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam.
Berdasarkan catatan dari Arsip
Nasional Republik Indonesia (ANRI), selama abad ke-enambelas dan ke-tujuhbelas,
kerajaan-kerajaan seperti Mataram, Aceh, Melaka, Makasar, Banten
bertumbuh-kembang dan berjatuhan. Selama kurun waktu itu, bahasa Melayu tampil
sebagai bahasa terpenting untuk aktivitas perdagangan dan keagamaan (Islam).
Kesultananan Melaka abad keenambelas merupakan contoh pertama sebuah kerajaan
yang berkebudayaan dan berbahasa Melayu di kurun waktu awal modern itu. Nusantara
dan bahasa Melayu menjadi salah satu faktor yang menjadikan Malaysia dan
Indonesia seperti layaknya adik dan kakak yang satu sama lain saling mengisi, berdekatan
dan selalu saling membantu.
Peran
Mahasiswa sebagai agent of change
Mahasiswa sebagai agen of change tentunya selalu berada di
garda terdepan dalam upaya untuk selalu memberikan yang terbaik untuk bangsa
dan negaranya. Hal tersebut disebabkan karena mahasiswa sebagai generasi muda
selalu berupaya meluruskan segala hal yang negatif untuk kembali diarahkan ke
jalur yang baik dan positif. Sebagai contoh yang paling mudah kita ingat di
Indonesia adalah peristiwa reformasi tahun 1998 dimana saat itu mahasiswa
bersatu untuk melawan tirani kekuatan kekuasaan yang telah menggurita sehingga
menyebabkan kehancuran bangsa. Meski saat itu mahasiswi berada dibawah tekanan
dan juga ancaman yang serius, namun hal tersebut tidak meruntuhkan semangat
para generasi muda khususnya mahasiswa untuk tetap semangat menyuarakan adanya
perubahan hingga akhirnya mimpi tersebut dapat tercapai.
Kegigihan dan kekuatan para
pemuda dan mahasiswa Indonesia dalam upaya untuk membantu rakyat dan Bangsa
Indonesia pastinya akan terus terbawa dari generasi ke generasi berikutnya.
Jiwa patrotisme dan semangatnya kebangsaan demi rakyat bukan hanya akan terus
menggelora akan tetapi juga akan terus dipupuk agar mahasiswa dan pemuda
sebagai agen of change selalu berada
dalam jalur yang benar sesuai cita-cita dan semangat konstitusi Indonesia.
Perjuangan para pemuda dan
mahasiswa untuk membantu bangsa dan rakyatnya bukan hanya terjadi di Indonesia
akan tetapi juga terjadi di Malaysia. Pemuda dan mahasiswa di Malaysia juga
menjadi tokoh utama dalam upaya menjadikan bangsa Malaysia menjadi bangsa yang
maju. Sejak dikumandangkannya kemerdekaan Negara Malaysia pada tahun 1957, pemuda
dan mahasiswa juga menjadi aktor utama dalam upaya menjadikan Malaysia sebagai
negara yang maju dan bermartabat. Para tokoh seperti Mahatir Mohamad dan Anwar
Ibrahim adalah tokoh muda pada zamannya yang memiliki peranan penting dalam
upaya memajukan Negara Malaysia. Hasilnya bisa kita lihat saat ini dimana
Malaysia bukan hanya maju secara infrastruktur akan tetapi juga memiliki
karakter kebangsaan yang kuat sebagaimana cita-cita yang dicantumkan dalam
Konstitusi Federal Malaysia.
Kerjasama
Pendidikan Indonesia-Malaysia
Pasca Negara Malaysia
mendeklarasikan kemerdekaanya pada tanggal 31 Agustus 1957, sebagai upaya untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia warga negaranya, Pemerintah Malaysia
berupaya secara serius untuk fokus membesarkan pendidikan terlebih dahulu
dengan cara menyekolahkan para gurunya untuk belajar ke Indonesia.
Mungkin kita pernah mendengar
pada periode dekade tahun 70 dan 80-an banyak guru-guru Indonesia yang diminta
mengajar di Malaysia, mulai dari guru SD, SMP sampai SMA. Sementara anak-anak
muda yang baru lulus sekolah menengah atas dan guru-guru muda Malaysia
disekolahkan dan kuliah di beberapa universitas di Indonesia. Program ini
dilakukan oleh Malaysia pada periode era tahun 70 dan 80 an. Pemberitaan Kompas
pada tahun 1971 memberitakan bahwa Indonesia memberangkatkan 48 guru berijazah
sarjana untuk mengajar di Malaysia. Pengiriman guru sekolah menengah ini untuk
meningkatkan mutu sekolah menengah di Malaysia yang menggunakan pengantar
bahasa Melayu. Tahun 1968 dikirim 44 guru dan pada 1970 sebanyak 100
guru.
Selain itu, mungkin kita juga
banyak mendengar dari para orang tua kita bahwa banyak pelajar dari Malaysia di
era tahun 80-an yang belajar di IKIP atau terkenal juga dengan istilah sekolah
calon guru. Hal tersebut adalah bagian dari upaya Malaysia untuk mengejar
ketertinggalnnya dimana kebijakan yang dibangun adalah dengan melakukan
percepatan pendidikan khususnya untuk para guru.
Kini fakta yang terjadi adalah
sebaliknya. Indonesia saat ini justru banyak belajar ke Malaysia. Hal ini
dibuktikan dengan semakin banyaknya mahasiswa Indonesia yang belajar di
Malaysia mulai strata 1 (Bachelor Degree)
sampai dengan program Doktor. Menurut data dari kedutaan besar Malaysia di
Jakarta, setidaknya ada 11.000 mahasiswa asal Indonesia yang sedang belajar di
Malaysia sedangkan mahasiswa Malaysia yang sedang belajar di Indonesia ada
sekitar 4500 orang. Pemerintah Malaysia setiap tahunnya memberikan beasiswa
sebanyak 5000 beasiswa kepada para mahasiswa asal Indonesia yang sedang studi
di Malaysia baik untuk S-1, S-2 ataupun S-3. Hal tersebut menjadi daya tarik
tersendiri bagi mahasiswa Indonesia untuk belajar di Malaysia.
Jumlah mahasiswa yang kuliah dan
belajar di kedua negara tersebut menjadi salah satu faktor perekat antara
lndonesia dan Malaysia. Pada saat situasi sulit ketika ada konflik antara
Indonesia dan Malaysia yang terjadi secara tidak sengaja, maka para mahasiswa
yang sedang belajar tersebut menjadi kunci untuk menenangkan masyarakat di
kedua negara.
Peran
PKPMI dan PPI Malaysia
Salah satu organisasi yang cukup
dikenal yang menaungi para mahasiswa yang sedang belajar di Malaysia dan
Indonesia adalah Persatuan Kebangsaan Pelajar Malaysia di Indonesia (PKPMI) dan
Persatuan Pelajar Indonesi-Malaysia (PPIM).
PKPMI yang saat ini sudah berusia
50 tahun menjadi salah satu organisasi mahasiswa Malaysia yang berada di luar
negeri yang tertua. Begitupun dengan PPI Malaysia yang pada tanggal 8 Desember
2018 akan menyelenggarakan kongres ke-20 di Johor Malaysia juga menjadi salah
satu organisasi mahasiswa Indonesia yang berada di luar negeri yang juga
tertua.
Hubungan baik antara kedua organisasi mahasiswa tersebut yakni PKPMI dan PPI Malaysia ternyata sudah terbentuk dan terbina cukup lama.
Banyak kegiatan yang dilaksanakan
oleh kedua organisasi tersebut yang notabene bertujuan untuk membumikan
hubungan baik antara Indonesia dan Malaysia. Seminar, konferensi dan kegiatan
ilmiah dengan tema yang membangkitkan semangat persaudaraan antara Indonesia dan
Malaysia selalu diselenggarakan oleh kedua organisasi tersebut dengan
menghadirkan para tokoh dan pejabat diantara kedua negara. Tentunya semua
kegiatan yang diselenggarakan oleh PKPMI dan PPI Malaysia tersebut selalu di backup oleh pemerintah kedua negara melalui
KBRI Indonesia yang berada di Kuala Lumpur dan Embassy Malaysia yang berada di
Jakarta.
Hubungan baik antara kedua
organisasi tersebut terus dibina dan dipupuk secara kontinyu sehingga meskipun
kepengurusan organisasi PKPMI dan PPI Malaysia berganti setiap tahun, namun
kerjasama dan hubungan emosional tetap terjaga dan terpelihara. Oleh karenanya
jangan heran apabila ada isu ataupun letupan kecil yang akan membuat retaknya
hubungan Indonesia dan Malaysia, maka PKPMI dan PPI Malaysia akan berada di
garda terdepan untuk menenangkan masyarakat dan membuat suasana kedua negara
menjadi tenang kembali.
Tentunya kita berharap agar
kerjasama dan hubungan baik antara kedua organisasi mahasiswa tersebut dapat
juga ditiru oleh organisasi mahasiswa di negara lainnya. Selamat ulang tahun PKPMI
yang ke 50 dan selamat berkongres ke 20 untuk PPI Malaysia.
*) Mahasiswa Program Doktor Ilmu Hukum,
International Islamic University Malaysia (IIUM). Wakil Koordinator Bidang
Hukum dan Advokasi PPI Malaysia. Bekerja di Mahkamah Konstitusi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar