Nissan

https://www.nissan.co.id/ucl-jagonulis.html

Jumat, 09 November 2018

Menggagas Indonesia Siaga Bencana


Simulasi Penanggulangan Bencana. (Foto: ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho)
Tulisan ini dibuat sebagai upaya untuk menjadikan Indonesia Siap menghadapi berbagai bencana yang mengancam setiap saat. Tulisan ini dimuat di Kumparan pada tanggal 9 November 2018. Berikut link Kumparan >> https://kumparan.com/hani-adhani/menggagas-indonesia-siaga-bencana-1541752169866865509


Menggagas Indonesia Siaga Bencana
oleh
Hani Adhani

            Peristiwa tsunami yang melanda Kota Palu dan Donggala beberapa saat lalu bukan hanya mengagetkan warga Indonesia, namun juga mengagetkan warga di seluruh dunia. Seluruh media televisi internasional memberitakan peristiwa gempa bumi dan tsunami yang melanda Kota Palu dan Donggala. Hampir setiap jam berita gempa dan tsunami diberitakan dengan ditambah informasi update dan dari tempat kejadian oleh wartawan koresponden yang ditugaskan di Jakarta dan Palu.

            Beberapa media televisi internasional banyak yang melakukan analisa dan riset terkait dengan penyebab gempa bumi dan tsunami di Palu dan Donggala. Salah satu media televisi internasional malah ada yang membahas tentang bagaimana early warning system di Indonesia begitu rapuh dan dikelola secara tidak profesional. Padahal menurut data mereka setelah peristiwa tsunami di Aceh tahun 2004, hampir semua zona pantai di Indonesia telah dipasang alat deteksi dini tsunami atau early warning system tsunami sehingga apabila alat tersebut terpasang dan berfungsi dengan baik, maka dapat dipastikan peristiwa tsunami tersebut akan terdeteksi lebih awal dan tidak akan banyak memakan korban jiwa. 

Selain itu, masyarakat Indonesia juga tidak diajarkan tentang bagaimana melihat fenomena alam yang terjadi apabila peristiwa tsunami akan terjadi dan bagaimana cara untuk melakukan penyelamatan dini apabila terjadi gempa dan tsunami.

Belajar dari Jepang
            Salah satu negara yang sangat sering ditempa musibah gempa dan juga tsunami adalah Jepang. Jepang dan Indonesia sama-sama berada di dalam wilayah yang terkenal dengan sebutan "Ring of Fire" atau "Cincin Api" yaitu wilayah di sekitar bibir Pasifik yang paling sering diguncang gempa dan letusan gunung berapi. Salah satu cerita yang fenomenal terkait dengan tsunami di Jepang adalah cerita tentang “the miracle kamaishi”


Menurut informasi dari berbagai sumber, cerita tersebut berawal ketika setelah terjadinya gempa berkekuatan 9 skala Richter yang mengguncang Jepang, para siswa di Kamaishi East Junior High School keluar dari gedung sekolah dan berlari menuju tempat yang lebih tinggi. Respons cepat dari para guru dan siswa tersebut kemudian diikuti oleh penduduk setempat dan pada saat berlari ke tempat aman, para siswa yang lebih tua membantu siswa yang lebih muda hingga mencapai lokasi aman. Respons cepat tersebut merupakan hasil dari pendidikan pencegahan bencana yang dilakukan sekolah-sekolah di Kamaishi selama beberapa tahun di bawah bimbingan seorang profesor teknik sipil di Gunma University, Toshitaka Katada.

            Hal lain yang juga luar biasa dari Jepang yang harus kita ambil contoh selain pengembangan teknologi early warning system yang selalu update adalah pengembangan system disaster management. Sistem ini secara umum berupa penerapan prinsip preventif dan recovery. Prinsip preventif yang diterapkan adalah dengan melakukan konsep edukasi terhadap masyarakat khususnya anak sekolah yaitu berupa pelatihan bagaimana menghadapai bencana di sekolah (Latihan Menghadapi Bencana Alam atau dikenal Jishin Hina Kunren) sehingga pada saat terjadi bencana, semua anak-anak tetap tenang, tidak panik dan secara sigap siap menghadapinya seperti yang dilakukan oleh siswa di Kamaishi.  Selain itu, system disaster management juga dilakukan dengan cara menyiapkan shelter ataupun tempat transit pasca bencana yang biasanya berupa lapangan yang terletak di setiap blok perumahan atau sekolah yang dilengkapi dengan fasilitas air bersih.

UU Penanggulangan Bencana dan Pelatihan System Disaster Management
            Upaya lain yang juga harus segera dilakukan oleh Pemerintah adalah dengan mengajarkan kepada masyarakat untuk siap menghadapi bencana seperti halnya di Jepang. System disaster management  juga harus segera diterapkan di Indonesia agar masyarakat siap dalam menghadapi bencana alam yang akan datang setiap saat. Anak-anak sekolah harus juga diajarkan dan diberikan pelatihan bagaimana cara untuk menyelamatkan diri apabila terjadi bencana alam seperti gempa dan tsunami dan bagaimana agar bisa survive setelah terjadi bencana alam. Pembuatan shelter di tiap sekolah dan juga di area tertentu yang dekat dengan zona padat penduduk juga harus segera direalisasikan agar masyarakat bisa mengetahui dan memahami apa yang harus dilakukan pasca terjadi bencana alam. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana memang belum cukup menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh masyarakat dalam hal siaga bencana ataupun proses recovery pasca bencana.  

            Adanya gambaran apa yang terjadi di Kota Palu dan Donggala tentunya menjadi bahan pelajaran untuk kita dan Pemerintah bahwa memang kita tidak siap menghadapi bencana alam. Kepanikan yang terjadi dan ketidaksiapan masyarakat dalam menghadapi bencana sangat terlihat sehingga pada akhirnya korban jiwa dan tekanan psikologis yang dialami masyarakat sulit disembuhkan. Tentunya ini menjadi pekerjaan utama yang harus segera dilakukan oleh Pemerintah yaitu dengan segera memperbaiki alat deteksi dini gempa dan tsunami agar early warning system dapat aktif kembali dan berjalan dengan baik serta dengan segera membuat dan mengajarkan system disaster management kepada seluruh masyarakat Indonesia mulai dari anak-anak hingga para orang tua agar kita selalu siap menghadapi bencana alam yang akan selalu mengintai kita setiap saat. Semoga hal tersebut dapat segera diwujudkan oleh Pemerintah Pusat beserta Pemerintah Daerah agar masyarakat Indonesia siap menghadapi bencana alam.

*****

Tidak ada komentar: