Hani Adhani |
Terlampir opini tentang hubungan Indonesia Malaysia yang dimuat di website Antara Kuala Lumpur. Opini dibuat pasca kedatangan PM Mahatir Mohmmad ke Indonesia untuk bertemu Presiden Joko Widodo.
Berikut link website antara : https://kl.antaranews.com/berita/3715/atmosfir-baru-hubungan-indonesia--malaysia
Atmosfir Baru Hubungan Indonesia - Malaysia
Oleh
Hani Adhani *)
Kedatangan Perdana Menter Mahatir
Mohamad ke Indonesia pada tanggal 28-29 Juni 2018 lalu jelas sangat penuh
dengan makna. Bukan hanya karena sosok Mahatir yang sudah sangat dikenal oleh
masyarakat Indonesia, namun lebih dari itu karena Mahatir Mohamad yang dalam
kapasitasnya sebagai perdana menteri Malaysia yang baru saja terpilih
menjadikan kunjungan ke Indonesia sebagai kunjungan kenegaraan pertama selepas
dilantik pada tanggal 10 Mei lalu.
Kedatangan Mahatir pada tanggal 28
Juni kemarin memberikan sinyal positif akan pentingnya Indonesia di mata
Malaysia. Meski dalam beberapa hal beberapa waktu lalu, masyarakat Indonesia
dan Malaysia sempat bersitegang, namun permasalahan tersebut dapat segera
diatasi sehingga konflik yang ada tidak berkepanjangan, dapat diredam dan tidak
ada dendam.
Selain itu, masing-masing kepala
negara baik Indonesia dan juga Malaysia sadar betul bahwa Indonesia dan
Malaysia adalah layaknya seperti adik dan kakak serumpun yang apabila dilihat
dari berbagai sudut memiliki banyak kesamaan satu dengan yang lain. Hal
tersebut tentu akan menjadi “pelecut” bagi terciptanya hubungan baik yang
harmonis antara Indonesia dan Malaysia.
Kunjungan kenegaraan Mahatir
Mohamad sebagai perdana menteri Malaysia yang dilakukan tepat di 48 hari
setelah pelantikannya memberikan semacam atmosfir baru bagi hubungan diplomatik
Indonesia-Malaysia. Mahatir yang dikenal
sebagai Bapak Modernisasi Malaysia dan telah pernah menjabat perdana menteri di
era tahun 80-90 an tentu sangat memahami arti penting Indonesia di mata
Malaysia.
Dalam pertemuan antara Perdana
Menteri Mahatir Mohamad dan Presiden Jokowi ada banyak isu strategis yang
dibahas, diantaranya adalah upaya untuk meningkatkan kerja sama di bidang
perdagangan, perlindungan terhadap pekerja migran Indonesia di Malaysia, hak
pendidikan bagi anak-anak pekerja migran Indonesia yang bekerja di Malaysia,
upaya untuk meningkatkan komitmen terhadap perdamaian di kawasan asia pasifik,
good governance dan isu pemberantasan korupsi.
Namun menurut pandangan saya
setidaknya ada empat isu strategis yang sangat penting untuk segera
diimplementasikan dalam sebuah kesepakatan bersama atau memorandum of
understanding (MoU) diantara kedua negara.
Yang pertama adalah isu tentang perlindungan pekerja migran Indonesia
di Malaysia yang telah menjadi permasalahan akut antara Indonesia dan Malaysia.
Banyaknya warga negara Indonesia
yang bekerja di Malaysia tentunya di satu sisi akan menambah devisa terhadap
negara Indonesia, namun hal tersebut harus juga diimbangi dengan upaya yang
serius yang dilakukan oleh negara Indonesia dalam upaya melindungi para pekerja
migran Indonesia tersebut.
Banyaknya kasus penganiyaan
terhadap para pekerja migran Indonesia yang bekerja di Malaysia tentu menjadi
isu penting dalam pembahasan antara Mahatir dan Jokowi.
Adanya regulasi baru yang dibuat
negara Indonesia dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 18/2017 tentang
perlindungan pekerja migran Indonesia tentu harus juga disinkronkan dengan
regulasi undang-undang yang ada di Malaysia, sehingga upaya untuk melindungi
pekerja migran Indonesia yang bekerja di Malaysia dapat dilakukan beriringan
dan bersinergi antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Malaysia.
Upaya sinkronisasi dan sinergitas
tersebut harus dilakukan secara terstruktur, sistematis dan masif diantara
unsur birokrasi kedua negara yang dikonkritkan dalam bentuk sebuah MoU yang
mengacu kepada undang-undang yang telah ada di Indonesia dan juga Malaysia
sehingga cerita kelam tetang pekerja migran Indonesia di Malaysia tidak
terdengar lagi.
Yang kedua, adalah terkait dengan hak untuk mendapatkan pendidikan
bagi anak-anak pekerja migran Indonesia yang berada di Malaysia.
Meskipun saat ini pemerintah
Indonesia melalui KBRI Malaysia telah berupaya untuk membangun sekolah Indonesia
di berbagai pelosok di Malaysia agar anak-anak para pekerja migran dapat
bersekolah, namun hal tersebut tentu membutuhkan energi dan juga anggaran yang
cukup ekstra.
Dengan jumlah pekerja migran
Indonesia yang bekerja di Malaysia yang mencapai kisaran angka diatas 3 juta
orang, maka untuk membangun sekolah Indonesia di Malaysia bukanlah pekerjaan
mudah.
Tentu akan lebih mudah apabila
pemerintah Indonesia membuat kesepakatan kerjasama dengan pemerintah Malaysia
agar anak-anak pekerja migran Indonesia dapat juga bersekolah di sekolah negeri
di Malaysia dengan berbagai kekhususan yang ada. Negara Malaysia yang sangat
multi etnis pastinya akan membuka kran kemudahan bagi anak-anak pekerja migran
asal Indonesia yang ingin bersekolah di sekolah negeri di Malaysia.
Yang ketiga adalah terkait
dengan kemudahan birokrasi bagi mahasiswa asal Indonesia ataupun Malaysia yang
ingin melanjutkan kuliah di Indonesia dan juga Malaysia.
Saat ini setidaknya ada sekitar
15000 mahasiswa asal Indonesia yang kuliah di Malaysia. Jumlah tersebut
merupakan salah satu jumlah terbesar mahasiswa internasional yang kuliah di
Malaysia.
Tentunya dengan jumlah yang besar
tersebut, maka kebijakan birokrasi yang dibuat oleh pemerintah Malaysia kepada
mahasiswa Indonesia seharusnya juga diberikan semacam kekhususan seperti dalam
hal kemudahan pengurusan visa pelajar, kemudahan mendapatkan beasiswa dan juga
kemudahan untuk mendapatkan pekerjaan apabila setelah mereka lulus ingin
berkarir menjadi profesional di Malaysia.
Hal tersebut tentu juga berlaku
sebaliknya bagi mahasiswa Malaysia yang ingin melanjutkan studinya di
Indonesia.
Yang keempat adalah terkait
dengan kerjasama di bidang perdagangan.
Indonesia sebagai negara tetangga
terdekat dengan Malaysia dan memiliki jumlah penduduk hampir mendekati angka
280 juta, sangat potensial menjadi mitra perdagangan bagi Malaysia dalam
berbagai sektor.
Hal tersebut juga didukung dengan
adanya fakta bahwa Malaysia juga adalah mitra dagang terbesar nomor tujuh bagi
Indonesia.
Upaya peningkatan perdagangan kedua
negara tersebut tentunya harus dilakukan secara sporadis oleh karena jarak
antara Indonesia dan Malaysia yang begitu dekat sehingga seharusnya upaya untuk
meningatkan kualitas perdagangan dapat dilakukan sesegera mungkin dan tanpa
kendala.
Kedua negara harus berupaya untuk
mengenalkan produk-produk dalam negeri mereka ke masyarakat masing-masing
dengan promosi dan diskon khusus sehingga baik masyarakat Indonesia ataupun
masyarakat Malaysia tertarik dengan produk kedua negara.
Tutupnya Petronas dan Proton di
Indonesia menjadi bukti bahwa upaya meningkatkan volume perdagangan kedua negara
tidaklah mudah.
Harus ada upaya untuk mengubah
paradigma masyarakat Indonesia-Malaysia terhadap produk masing-masing negara
sehingga produk-produk masing-masing negara dapat diterima oleh kedua
masyarakat di kedua negara.
Hal tersebut dapat berjalan dengan
baik apabila ada dukungan yang konsisten dari pemerintah masing-masing negara
melalui regulasi yang saling menguntungkan disamping adanya back up strategi
marketing dan jaminan kualitas masing-masing produk dengan berbagai kekhususan
yang menguntungkan masyarakat.
Indonesia-Malaysia
“Macan Asia”
Pertemuan resmi kenegaraan pertama
antara Perdana Menteri Mahatir Mohamad dengan Presiden Jokowi tentunya akan
menjadikan hubungan Indonesia dan Malaysia semakin baik dan harmonis.
Seperti diketahui di era awal
tahun 90 an, Malaysia yang saat itu juga
dipimpin oleh Mahatir Mohamad dan Indonesia yang dipimpin oleh Soeharto menjadi
salah satu kekuatan ekonomi baru asia sehingga Indonesia dan Malaysia mendapat
julukan sebagai “Macan Asia”.
Pada saat itu, Mahatir bekerja
keras untuk memajukan ekonomi Malaysia melalui program mobil nasional Malaysia
sedangkan Indonesia pada saat itu fokus ke industri pesawat terbang.
Tentunya kita berharap hasil
pertemuan antara Mahatir dan Jokowi ini akan menjadikan Indonesia dan Malaysia
kembali menjadi “Macan Asia” yang memiliki perekonomian yang stabil dan kuat
sehingga disegani bukan hanya dikancah Asia namun juga dunia sehingga hal
tersebut akan berimbas kepada semakin sejahteranya rakyat Indonesia dan juga
rakyat Malaysia.
*) Mahasiswa Program Doktor Ilmu
Hukum – International Islamic University Malaysia (IIUM). Wakil Koordinator
Bidang Hukum dan Advokasi PPI Malaysia.
Pengurus PCIM Malaysia. Bekerja di Mahkamah Konstitusi RI. Alamat : Asrama
Mahasiswa IIUM Gombak, Kuala Lumpur. Email
: adhanihani@gmail.com. Phone :
+62 812 831 50 373
Tidak ada komentar:
Posting Komentar